Rabu, 02 Juli 2014
CV
CV.
PERSONAL INFORMATION
Name : Vikri Rimaldi
Place/Birth Date : Majalengka / February 23, 1992
Address : Komplek Perumahan Ciomas Permai Blok D12 no 2-3. Bogor 16610
Phone : (0251)-8636752
Cellphone : 087770757778
Email : vikri.rimaldi@gmail.com
Nationality : Indonesian
Gender : Male
Marital Status : Not Married
Spouse Name : -
Number of Dependents : -
PERSONAL PROFILE
Someone who has the abillity to think visionary, Keep calm although in under pressure. Fast learning and quick learner.
ACADEMIC QUALIFICATIONS
Gunadarma University : Information System Major 2011 - present
SMAN 1 BOGOR : 2007 - 2010
SMPN 4 BOGOR : 2004 - 2007
SD INSAN KAMIL : 1998 - 2004
CAREER HISTORY
2013 - 2014 : ADMINISTRATOR
BRISyariah Jakarta Gatot Subroto
2014 - Present : PADASUKA POST OFFICE BOGOR
INFORMASI PRIBADI
Nama : Vikri Rimaldi
Tempat/TanggalLahir : Majalengka / February 23, 1992
Alamat : Komplek Perumahan Ciomas Permai Blok D12 no 2-3. Bogor 16610
Telp : (0251)-8636752
Handphone : 087770757778
Email : vikri.rimaldi@gmail.com
Kebangsaan : Indonesia
Kelamin : Laki - Laki
Status : Belum Menikah
Nama Istri : -
Jumlah Anak : -
PROFIL PRIBADI
Seseorang yang memiliki pandangan visioner. Tetap tenang meski dalam tekanan, Dapat mempelajari sesuatu yang baru dengan cepat/
KUALIFIKASI PENDIDIKAN
Universitas Gunadarma : Jurusan Sistem Informasi 2011 - Sekarang
SMAN 1 BOGOR : 2007 - 2010
SMPN 4 BOGOR : 2004 - 2007
SD INSAN KAMIL : 1998 - 2004
Riwayat Kerja
2013 - 2014 : Administrasi
BRISyariah Jakarta Gatot Subroto
2014 - Sekarang : Pegawai Kantor Pos Padasuka Bogor.
Resensi Buku
Judul : Perlindungan Anak dan Eksplotasi Seksual
Penulis : Esthi Susanti Hudiono
Penerbit : Yayasan Hotline Surabaya,2014
Tebal: xxv + 520 Halaman
Terbongkarnya kasus eksploitasi seksual pada remaja dan anak-anak menyisakan banyak pertanyaan. Bukan sekadar siapa yang menjadi “otak” kejadian tersebut, melainkan juga mengapa kasus-kasus seperti itu kian banyak ditemukan.
Buku ini mencoba memberikan jawaban pertanyaan di atas. Mengambil contoh-contoh kasus yang terjadi di Surabaya, pembaca dapat melihat bahwa eksploitasi seksual pada remaja merupakan masalah yang sangat kompleks. Tidak ada penyebab tunggal. Semunya saling terkait.
Jika diamati, ada kesamaan pola dari setiap kasus. Salah satunya adalah latar belakang keluarga yang berantakan karena perceraian orangtua. Hal ini biasanya disusul oleh kondisi ekonomi yang memburuk.
Menghadapi kenyataan itu anak menjadi gamang. Keluarga lain yang menjadi harapan untuk sandaran gagal menyelesaikan persoalan. Akhirnya anak harus menemukan “oase” lain yang dapat memberikan solusi.
Sayangnya “oase” tersebut justru tidak memberikan jalan keluar. Orang yang semula menawarkan bantuan, justru kemudian menjerumuskan remaja ke pusaran eksploitasi seksual. Mereka biasanya adalah kawan dekat, orang yang dikenal di tempat hiburan malam, atau bahkan kekasih korban.
Kisah-kisah tersebut dipaparkan sendiri oleh remaja yang mengalami eksploitasi seksual. Dengan menggunakan teknik sudut penceritaan “orang pertama”, pembaca seperti mendengar sendiri penuturan para korban.
Hal yang tidak kalah menarik adalah kisah mengenai lembaga swadaya masyarakat yang mencoba untuk mengeluarkan korban eksploitasi seksual dari masalah yang tengah dihadapi. Di buku ini terlihat bahwa kompleksnya persoalan membuat proses itu menjadi sangat sulit.
Sekalipun pun korban berhasil dilepaskan dari tangan mucikari, masalah lain biasanya muncul. Mulai dari sulitnya merehabilitasi korban secara psikologis, lingkungan yang tidak mau menerima keberadaan korban, hingga bayi yang dilahirkan korban akibat eksploitasi seksual.
Menurut Hotline Surabaya, lembaga yang menangani korban eksploitasi seksual remaja, modus eksploitasi seksual kian beragam. Sistem yang menyerupai multi level marketing, janji untuk dipekerjakan sebagai karyawan restoran, hingga “penjualan” secara online, adalah ragam modus yang kian banyak dijumpai.
Kisah-kisah di atas menjadi lebih tegas karena buku ini juga melampirkan berita-berita dari harian yang terbit di Surabaya mengenai eksploitasi seksual remaja. Ini memperlihatkan bahwa eksploitasi remaja merupakan agenda yang penting untuk diselesaikan.
Buku ini secara rinci juga menegaskan pentingnya kerja sama antar lembaga untuk memberantas human trafficking. Lembaga swadaya masyarakat, kepolisian, masyarakat, dan lembaga pemerintah seharusnya duduk bersama. Dari sini mereka dapat memetakan persoalan dan menemukan formula yang paling efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan demikian, solusi yang didapatkan tidak hanya di hilir, melainkan juga di hulu.
Judul: Likeable Social Media
Penulis: Dave Kerpen
Penerbit: Mc Graw Hill
Halaman: 260 halaman
Media sosial itu seksi! Demikian sering disebut oleh para marketer. Bagaimana tidak, dengan media sosial, para marketer dapat menjangkau target yang sangat spesifik dengan biaya yang relatif lebih murah ketimbang media tradisional seperti televisi.
Persoalannya, bagaimana seorang marketer harus menyusun strategi agar kampanye yang dilakukan lewat media sosial dapat memberikan efek yang positif.
Buku Likeable Social Media ini memberikan semacam pedoman bagai mereka yang ingin menggunakan media sosial seperti Facebook ataupun Twitter. Penulis buku ini, Dave Kerpen, memberikan segudang tips agar sebuah produk mendapat respon yang baik sehingga dapat memberikan efek viral yang sempurna.
Beberapa tips yang disampaikan dalam buku ini antara lain dengan memosisikan para dengan calon pelanggan. Ia harus dapat mengerti kemauan dan keinginan para calon konsumen.
Artinya, marketer harus dapat mendengar keinginan pelanggan. It's about listening! Begitu dikatakan oleh Dave Kerpen. Mendegarkan konsumen dan calon konsumen menjadi hal yang esensial. Konsumen harus didengarkan, baik pujian hingga cacian mengenai produk yang kita tawarkan.
Mengapa demikian? Karena esensi dari media sosial marketing adalah mendengarkan dan memberikan respon. Tanpa hal ini, sulit bagi marketer untuk meningkatkan brand enggagemnet konsumen.
Penulis : Esthi Susanti Hudiono
Penerbit : Yayasan Hotline Surabaya,2014
Tebal: xxv + 520 Halaman
Terbongkarnya kasus eksploitasi seksual pada remaja dan anak-anak menyisakan banyak pertanyaan. Bukan sekadar siapa yang menjadi “otak” kejadian tersebut, melainkan juga mengapa kasus-kasus seperti itu kian banyak ditemukan.
Buku ini mencoba memberikan jawaban pertanyaan di atas. Mengambil contoh-contoh kasus yang terjadi di Surabaya, pembaca dapat melihat bahwa eksploitasi seksual pada remaja merupakan masalah yang sangat kompleks. Tidak ada penyebab tunggal. Semunya saling terkait.
Jika diamati, ada kesamaan pola dari setiap kasus. Salah satunya adalah latar belakang keluarga yang berantakan karena perceraian orangtua. Hal ini biasanya disusul oleh kondisi ekonomi yang memburuk.
Menghadapi kenyataan itu anak menjadi gamang. Keluarga lain yang menjadi harapan untuk sandaran gagal menyelesaikan persoalan. Akhirnya anak harus menemukan “oase” lain yang dapat memberikan solusi.
Sayangnya “oase” tersebut justru tidak memberikan jalan keluar. Orang yang semula menawarkan bantuan, justru kemudian menjerumuskan remaja ke pusaran eksploitasi seksual. Mereka biasanya adalah kawan dekat, orang yang dikenal di tempat hiburan malam, atau bahkan kekasih korban.
Kisah-kisah tersebut dipaparkan sendiri oleh remaja yang mengalami eksploitasi seksual. Dengan menggunakan teknik sudut penceritaan “orang pertama”, pembaca seperti mendengar sendiri penuturan para korban.
Hal yang tidak kalah menarik adalah kisah mengenai lembaga swadaya masyarakat yang mencoba untuk mengeluarkan korban eksploitasi seksual dari masalah yang tengah dihadapi. Di buku ini terlihat bahwa kompleksnya persoalan membuat proses itu menjadi sangat sulit.
Sekalipun pun korban berhasil dilepaskan dari tangan mucikari, masalah lain biasanya muncul. Mulai dari sulitnya merehabilitasi korban secara psikologis, lingkungan yang tidak mau menerima keberadaan korban, hingga bayi yang dilahirkan korban akibat eksploitasi seksual.
Menurut Hotline Surabaya, lembaga yang menangani korban eksploitasi seksual remaja, modus eksploitasi seksual kian beragam. Sistem yang menyerupai multi level marketing, janji untuk dipekerjakan sebagai karyawan restoran, hingga “penjualan” secara online, adalah ragam modus yang kian banyak dijumpai.
Kisah-kisah di atas menjadi lebih tegas karena buku ini juga melampirkan berita-berita dari harian yang terbit di Surabaya mengenai eksploitasi seksual remaja. Ini memperlihatkan bahwa eksploitasi remaja merupakan agenda yang penting untuk diselesaikan.
Buku ini secara rinci juga menegaskan pentingnya kerja sama antar lembaga untuk memberantas human trafficking. Lembaga swadaya masyarakat, kepolisian, masyarakat, dan lembaga pemerintah seharusnya duduk bersama. Dari sini mereka dapat memetakan persoalan dan menemukan formula yang paling efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan demikian, solusi yang didapatkan tidak hanya di hilir, melainkan juga di hulu.
Judul: Likeable Social Media
Penulis: Dave Kerpen
Penerbit: Mc Graw Hill
Halaman: 260 halaman
Media sosial itu seksi! Demikian sering disebut oleh para marketer. Bagaimana tidak, dengan media sosial, para marketer dapat menjangkau target yang sangat spesifik dengan biaya yang relatif lebih murah ketimbang media tradisional seperti televisi.
Persoalannya, bagaimana seorang marketer harus menyusun strategi agar kampanye yang dilakukan lewat media sosial dapat memberikan efek yang positif.
Buku Likeable Social Media ini memberikan semacam pedoman bagai mereka yang ingin menggunakan media sosial seperti Facebook ataupun Twitter. Penulis buku ini, Dave Kerpen, memberikan segudang tips agar sebuah produk mendapat respon yang baik sehingga dapat memberikan efek viral yang sempurna.
Beberapa tips yang disampaikan dalam buku ini antara lain dengan memosisikan para dengan calon pelanggan. Ia harus dapat mengerti kemauan dan keinginan para calon konsumen.
Artinya, marketer harus dapat mendengar keinginan pelanggan. It's about listening! Begitu dikatakan oleh Dave Kerpen. Mendegarkan konsumen dan calon konsumen menjadi hal yang esensial. Konsumen harus didengarkan, baik pujian hingga cacian mengenai produk yang kita tawarkan.
Mengapa demikian? Karena esensi dari media sosial marketing adalah mendengarkan dan memberikan respon. Tanpa hal ini, sulit bagi marketer untuk meningkatkan brand enggagemnet konsumen.
Langganan:
Postingan (Atom)